PRESTASI: DARI GENETIK ATAU DARI LINGKUNGAN (STIMULAN) ?

 

Oleh : Drs. H. Teguh Sunaryo

Direktur DMI Primagama

 

 

INTRODUCTION. Menarik sekali membicarakan tentang tema prestasi. Siapa sih orangnya yang tidak ingin memiliki sesuatu bernama ”prestasi”, walau terkadang masing-masing kita beda persepsi tentang apa itu prestasi. Tetapi setidak-tidaknya ada sedikit persamaan, antara lain bahwa prestasi adalah perwujudan optimal dari suatu potensi diri. Prestasi adalah puncak dari suatu perubahan perilaku. Prestasi adalah sesuatu yang membanggakan dan membahagiakan bagi yang mampu meraihnya. Prestasi adalah suatu keadaan dimana seseorang berada pada level diatas rata-rata. Terlepas dari itu, kemudian muncul sebuah pertanyaan bahwa prestasi itu bisa diraih berdasarkan faktor genetika atau faktor lingkungan atau faktor stimulan ? Fakta menunjukkan kepada kita bahwa ada sebagian orang sukses karena faktor keturunan (genetik). Ia tidak sekolah, ia tidak mendapatkan pendidikan yang memadai tetapi bisa sukses, bisa berprestasi, bahkan prestasinya berbeda dari keadaan dimana selama ini ia berada. Banyak orang bersinar justru karena ia berbeda dari lingkungannya. Tetapi terkadang juga kita jumpai bahwa ada orang sukses yang kesuksesannya berbeda dari kesuksesannya orangtuanya, ia sukses berdasarkan pendidikan yang dia tekuni selama ini, ia berprestasi karena ia selalu mendapatkan mentoring dari kerabat dekatnya selama ini. Selalu bergulat dengan dunia yang itu-itu saja, sehingga terbiasa dan mahir luar biasa. Nah kalau sudah seperti itu lantas kesimpulan apa yang akan kita ambil, kemudian harus kita ikuti untuk diwariskan kepada generasi sesudah kita ?

ALIRAN LINGKUNGAN. Bernard Devlin dari Universitas Pittsburg Amerika berpendapat bahwa prestasi seseorang itu karena optimalisasi kinerja sebuah otak. Dan optimalisasi kinerja otak itu hanya 48% saja, selebihnya adalah pengaruh dari lingkungan, dari stimulan yang sering ia dapatkan. Bagi anak-anak pada fase golden age (usia dini, usia pra sekolah) stimulan berupa permainan yang mendidik dan menyenangkan sangatlah dibutuhkan. Kreatifitas bisa muncul dan mudah berkembang. Pun demikian bagi orang dewasa, pilihan bidang atau jurusan pendidikannya selama ini, akan sangat mempengaruhi kompetensi dan prestasinya kelak. Demikian asumsi dan hipotesis bapak Bernard.

ALIRAN GENETIKA. Menurut Prof. Roger Wolcott Sperry (Peraih Nobel), bahwa kinerja otak itu sangat dipengaruhi oleh dominasi belahan otaknya. Setiap orang berbeda-beda dominasi belahan otaknya. Ada yang dominan otak kanannya, dan ada yang dominan otak kirinya. Dengan demikian puncak prestasi dan bidang prestasinya pun akan berbeda-beda pula. Dan kenyataannya seperti itu. Otak kanan meliputi bidang creative ability, imaginative, artistic, acoustic, dan visual ability. Sedangkan otak kiri meliputi bidang planing ability, logical analysis, operating, language, dan observation ability.

Pilihan optimal. Dari kedua gambaran tersebut, masing-masing kita berhak memihak sekaligus bebas memilih. Pertama, secara matematis, bila asumsi kinerja otak yang 48% itu kita anggap benar, maka peran lingkungan masksimalnya adalah 52%. Pertanyaannya adalah ”bisakah kita memaksimalkan kinerja lingkungan hingga mencapai angka 52%?” Ada banyak variabel lingkungan yang meski kita kelola. Ada aspek budaya, aspek geografis, aspek soial ekonomi, dll. Pertanyaan berikutnya adalah ”bagaimana kiat mengoptimalkan kinerja otak agar mampu meraih angka 48%?” Tentu jawabnya adalah harus mampu memahami sifat-sifat dan struktur sel otak. Kesimpulan matematisnya adalah jangan sampai kita meng-enol-kan (mengabaikan salah satu diantaranya), tentu agar poin nya bisa maksimal.  Bagi yang ekstrim genetik poin prestasinya hanya 48%, dan bagi yang ekstrim lingkungan poin prestasinya maksimal 52%. Jauh dari angka 100% kan ?. Kedua, secara sistematika, bahwa prestasi akan menjelma bila diberi stimulan. Dan stimulan tentu akan maksimal bila sesuai dengan potensi. Ibarat guru, jangan mengajari orang tuli dengan bicara, jangan mengajari orang buta untuk melukis, dan jangan mengajari kuda untuk bisa terbang. Artinya setiap stimulan haruslah disesuaikan dengan potensi dan kondisinya. Kesimpulan sistematikanya adalah mengenali potensi (kinerja otak; aspek genetik) dan kondisinya terlebih dahulu baru mencari stimulan (lingkungan, permainan dan pendidikan) yang sesuai.  Kesimpulan dari kedua kesimpulan itu adalah ”mengapa kita selalu memilih konfrontasi selama bisa bersinergi?” Genetik yang baik tidak akan bisa berkembang dengan maksimal bila tidak selalu diasah, dan lingkungan yang baik akan tidak maksimal pula bila digunakan pada sasaran yang salah, apalagi bila tidak pernah digunakan sama sekali. Nah mungkin bagi anda ada alternatif lain ? Semoga bermanfaat.

 

Tulisan ini dipersembahkan oleh :

Manajemen PT. DMI INDONESIA

(Under Lisence Brainy Lab. PTE. LTD. Singapore & Colaboration With Comcare Group Singapore)

 

Kantor Pusat DMI PRIMAGAMA :

GRAHA POGUNG LOR  No : 2 – 4 (Lantai 1)

Jl. Ringroad Utara, Pogung Lor, Yogyakarta

Telp / Fax. :  (0274) 625 168

 

Layanan Konsultasi Psikologi (Hanya bagi yang sudah ikut Tes Bakat DMI):

 

Contact Person :

  • Teguh Sunaryo HP : 085 643 383838 (Direktur)
  • Isworo Gunarsih  HP : 081 2278 5915 (Sekretaris)
  • Eko Yulianto HP : 081 6680 400 / 085 328 012345 (Kepala Lab dan Teknisi)
  • Nurmey Nurul Chaq HP : 081 5790 2340 (Koordinator Konsultan Psikologi)
  • Bambang Hastobroto HP : 081 2269 3277 (Keuangan)

 

Info Lebih Detail Lihat Situs : www.dmiprimagama.com & https://dmiprimagamapusat.wordpress.com

 

Leave a comment